Bioteknologi konvensional memiliki prinsip penerapan teknik-teknik lama yang tidak kalah baiknya dengan teknik modern. Penerapan teknik konvensional pada bioteknologi masih terus berkembang hingga saat ini.

Lalu apa itu bioteknologi konvensional? Bagaimana prinsip penerapan bioteknologi konvensional di era modern saat ini? Berikut penjelasannya!

Apa itu Bioteknologi Konvensional

Bioteknologi konvensional adalah penerapan teknik-teknik dan metode-metode yang telah lama ada dalam ilmu biologi. Teknik konvensional ini bertujuan untuk memanipulasi organisme hidup atau bahan-bahan biologis guna menghasilkan produk atau memperbaiki sifat-sifat organisme tersebut.

Teknik-teknik ini sering kali didasarkan pada proses alami yang telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia selama berabad-abad. Metode ini telah menjadi bagian integral dari produksi pangan, pengobatan, dan industri secara umum.

Ciri-ciri Bioteknologi Konvensional

Bioteknologi konvensional mencakup penggunaan teknik dan metode yang telah lama ada dalam ilmu biologi untuk memanipulasi organisme hidup atau bahan biologis. Berikut adalah beberapa ciri-ciri bioteknologi konvensional:

  1. Penggunaan Metode Tradisional: Bioteknologi konvensional mengandalkan metode-metode yang telah lama digunakan dalam ilmu biologi. Misalnya seperti pemuliaan tanaman dan hewan, fermentasi, dan penggunaan enzim, yang telah ada sejak zaman dahulu.
  2. Memanfaatkan Proses Alami: Teknik-teknik dalam bioteknologi konvensional seringkali didasarkan pada proses alami yang telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia selama berabad-abad. Misalnya, fermentasi menggunakan mikroorganisme untuk mengubah bahan-bahan organik menjadi produk yang diinginkan.
  3. Tidak Melibatkan Rekayasa Genetika Molekuler: Bioteknologi konvensional tidak melibatkan manipulasi genetik secara langsung, seperti yang dilakukan dalam rekayasa genetika molekuler. Sebaliknya, ini lebih mengandalkan pada seleksi alamiah atau pemilihan varietas dengan sifat-sifat yang diinginkan.
  4. Penerapan dalam Pertanian dan Industri: Bioteknologi konvensional sering digunakan dalam pertanian untuk meningkatkan hasil panen dan kualitas tanaman. Sedangkan pada kegiatan industri makanan, bioteknologi konvensional digunakan untuk proses produksi makanan dan minuman fermentasi. Selain itu, juga diterapkan dalam berbagai industri lainnya seperti farmasi, tekstil, dan kimia.
  5. Berfokus pada Pengembangan Produk dan Peningkatan Produksi: Tujuan utama dari bioteknologi konvensional adalah menghasilkan produk yang bermanfaat atau meningkatkan produksi organisme hidup. Contohnya seperti tanaman yang lebih tahan terhadap penyakit atau hewan ternak dengan produktivitas yang lebih tinggi.

Meskipun bioteknologi konvensional sering dianggap sebagai pendekatan yang lebih tradisional, namun tetap menjadi bagian penting dalam industri dan pertanian modern.

Prinsip Penerapan Bioteknologi Konvensional

Penerapan bioteknologi konvensional didasarkan pada prinsip-prinsip dasar teknologi yang telah ada sejak lama. Beberapa prinsip utama penerapan bioteknologi konvensional meliputi:

  1. Pemuliaan Tanaman: Metode ini mencakup penyeleksian tanaman dan hibridisasi untuk menghasilkan varietas yang unggul secara genetik dalam hal keberhasilan panen, resistensi terhadap penyakit, dan peningkatan nutrisi.
  2. Fermentasi: Proses fermentasi digunakan dalam produksi berbagai produk, seperti bir, keju, dan yogurt. Mikroorganisme seperti bakteri, ragi, dan jamur dimanfaatkan untuk menghasilkan produk akhir yang diinginkan.
  3. Pemurnian Enzim: Enzim yang ditemukan dalam organisme hidup, seperti bakteri atau fungi, dapat diekstraksi dan dimurnikan untuk digunakan dalam berbagai aplikasi industri, seperti industri makanan, farmasi, dan tekstil.
  4. Rekayasa Genetika Konvensional: Teknik ini melibatkan pemindahan gen secara alami antara organisme serupa atau berbeda untuk memperoleh sifat yang diinginkan. Contohnya adalah penanaman bakteri Rhizobium pada akar tanaman kacang-kacangan untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen dalam tanah.
  5. Pembiakan Hewan: Prinsip-prinsip pemuliaan hewan digunakan untuk meningkatkan kualitas genetik dan produksi hewan ternak, seperti sapi, domba, dan ayam.
  6. Pemurnian Antibiotik: Antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat diproduksi secara massal dan dimurnikan untuk digunakan dalam pengobatan penyakit infeksi.

Penerapan bioteknologi konvensional sering kali memanfaatkan sifat alami organisme hidup dan proses biokimia untuk menghasilkan produk atau memperbaiki sifat-sifat organisme tersebut dengan cara yang lebih terkendali dan terarah.

Perbedaan Bioteknologi Konvensional dan Modern

Perbedaan antara bioteknologi konvensional dan modern terletak pada pendekatan dan teknik yang digunakan. Bioteknologi konvensional mengandalkan metode tradisional seperti pemuliaan tanaman dan hewan, fermentasi, dan penggunaan enzim tanpa melibatkan manipulasi genetik langsung.

Sedangkan bioteknologi modern menggunakan teknologi tinggi dan rekayasa genetika molekuler, seperti DNA rekombinan dan CRISPR-Cas9, untuk mengubah secara spesifik DNA organisme. Bioteknologi modern juga memiliki aplikasi yang lebih luas, termasuk dalam bidang pertanian, farmasi, dan kedokteran, tetapi juga menghadapi tantangan etis dan regulasi yang lebih kompleks.

Contoh Bioteknologi Konvensional

Contoh dari bioteknologi konvensional mencakup sejumlah teknik dan metode yang telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang. Berikut adalah 20 contoh bioteknologi konvensional, diantaranya:

  1. Pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap penyakit atau produktivitas yang tinggi.
  2. Fermentasi untuk produksi minuman seperti bir, anggur, dan keju.
  3. Pemuliaan hewan untuk meningkatkan kualitas genetik dan produktivitas ternak.
  4. Pemanfaatan enzim dari mikroorganisme untuk berbagai aplikasi industri, seperti dalam produksi makanan atau deterjen.
  5. Penggunaan bakteri Rhizobium pada akar tanaman kacang-kacangan untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen dalam tanah.
  6. Produksi antibiotik dari mikroorganisme untuk digunakan dalam pengobatan infeksi.
  7. Pemuliaan ikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan terhadap lingkungan.
  8. Penggunaan ragi dalam produksi roti dan makanan fermentasi lainnya.
  9. Penggunaan jamur dalam produksi tempe dan kecap.
  10. Pemuliaan tanaman padi untuk meningkatkan hasil panen dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.
  11. Produksi asam laktat dari bakteri dalam pembuatan yoghurt dan produk susu fermentasi.
  12. Pemuliaan tanaman jagung untuk meningkatkan resistensi terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem.
  13. Penggunaan enzim dalam proses pemutihan kertas dan tekstil.
  14. Penggunaan ragi atau bakteri asam laktat dalam produksi cuka.
  15. Pemuliaan tanaman buah-buahan untuk meningkatkan rasa dan kualitas buah.
  16. Produksi bioetanol dari tanaman pemanis seperti tebu atau jagung.
  17. Pemurnian enzim lipase untuk digunakan dalam produksi makanan atau kosmetik.
  18. Penggunaan mikroorganisme dalam proses kompos untuk mendaur ulang limbah organik.
  19. Pemuliaan tanaman sayuran untuk meningkatkan nilai gizi dan rasa.
  20. Produksi asam asetat dari bakteri dalam industri kimia dan makanan.

Itulah prinsip penerapan bioteknologi konvensional dan beberapa contohnya dalam kehidupan manusia. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita dalam pengembangan ilmu bioteknologi.

Avatar

Meidi Yuwono

Mahasiswa lulusan D3 Analisis Kimia dan S1 Teknologi Hasil Pertanian yang memiliki minat menulis artikel bertema edukasi & pendidikan.

Bagikan:

Tinggalkan komentar